Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat. Author Send Messages!

Larangan Memotong Kuku dan Rambut Bagi Shohibul Qurban

Bagi setiap muslim yang ingin berqurban, maka ketika telah memasuki tanggal 1 Dzulhijjah ia dilarang untuk memotong rambut dan kuku.

Jendela-Berita-Larangan-Memotong-Kuku-dan-Rambut-Bagi-Shohibul-Qurban

Larangan Memotong Kuku dan Rambut Bagi Shohibul Qurban

Bagi setiap muslim yang ingin berqurban, maka ketika telah memasuki tanggal 1 Dzulhijjah ia dilarang untuk memotong rambut dan kuku. Larangan ini berlaku hanya untuk dirinya sendiri, dan tidak berlaku bagi anak, istri, ataupun anggota kelularga lainnya.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah allallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:

إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِه

Artinya:

“Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzulhijjah (maksudnya telah memasuki tanggal satu dzulhijjah) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohobul qurban membiarkan rambut dan kukunya (artinya tidak memotong).” (HR. Muslim)

Dalam lafaz hadits yang lain:

مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أَهَلَّ هِلَالُ ذِي الْحِجَّةِ، فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ

Artinya:

“Siapa saja yang ingin berqurban dan apabila telah memasuki awal bulan Dzulhijjah, maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sampai ia berqurban.” (HR. Muslim)

Dua hadits ini menunjukkan terlarangnya memotong rambut dan kuku bagi orang yang ingin berqurban setelah memasuki 10 hari awal Dzulhijjah yang dimulai dari tanggal 1 Dzulhijjah.

Pada hadits pertama menunjukkan perintah untuk tidak memotong rambut dan kuku. Asal perintah di sini menunjukkah wajibnya hal ini. Sedangkan riwayat kedua adalah larangan memotong rambut dan kuku. Asal larangan ini menunjukkan terlarangnya hal ini, yaitu terlarang memotong rambut dan kuku.

Hadits ini dikhususkan bagi orang yang ingin berqurban. Adapun untuk anggota keluarga yang diikutkan dalam pahala qurban, baik sudah dewasa atau belum, maka mereka tidak terlarang memotong, rambut, dan kuku. Bagi anggota keluarga, selain yang berniat qurban dihukumi sebagaimana hukum asal yaitu boleh memotong rambut dan kuku.

Jendela-Berita-Larangan-Memotong-Kuku-dan-Rambut-Bagi-Shohibul-Qurban

Penjelasan Larangan Memotong Rambut Bagi Shohibul Qurban

Para ulama berselisih pendapat mengenai memotong rambut dan kuku ketika memasuki 10 hari awal Dzulhijjah bagi orang yang berniat untuk berqurban. Berikut ini beberapa pendapat dari para ulama mengenai hal ini:

1. Pendapat Pertama

Menurut Sa’id bin Al Musayyib , Robi’ah, Imam Ahmad, Ishaq, Daud dan sebagian murid-murid Imam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa larangan memotong rambut dan kuku bagi shohibul qurban dihukumi haram sampai diadakan penyembelihan hewan qurban pada waktu penyembelihan.

Secara zhohir, pendapat pertama ini melarang memotong rambut dan kuku bagi shohibul qurban berlaku sampai hewan qurbannya disembelih. Misal, hewan qurbannya akan disembelih pada hari tasyriq pertama yaitu tanggal 11 Dzulhijjah, maka larangan tersebut berlaku sampai tanggal tersebut.

2. Pendapat Kedua

Pendapat ini adalah pendapat Imam Asy Syafi’i dan murid-muridnya. Pendapat kedua ini menyatakan bahwa larangan tersebut adalah makruh yaitu makruh tanzih, bukan haram.

Pendapat kedua menyatakannya makruh dan bukan haram berdasarkan hadits ‘Aisyah yang menyatakan bahwa Nabi allallāhu ‘Alaihi Wa Sallam pernah berqurban dan beliau tidak melarang apa yang Allah halalkan hingga beliau menyembelih hadyu (qurbannya) di Mekah. Artinya bahwa Nabi allallāhu ‘Alaihi Wa Sallam tidak melakukan sebagaimana orang yang ihrom yang tidak memotong rambut dan kukunya.

Ini adalah anggapan dari pendapat kedua, sehingga hadits di atas dipahami bahwa memotong rambut dan kuku adalah makruh.

3. Pendapat Ketiga

Pendapat ketiga yaitu pendapt dari Imam Abu Hanifah dan Imam Malik. Dalam salah satu pendapatnya menyatakan tidak makruh sama sekali.

Imam Malik dalam salah satu pendapat menyatakan bahwa larangan ini makruh. Pendapat beliau lainnya juga mengatakan bahwa larangan ini diharamkan dalam qurban yangsifatnya sunah dan bukan pada qurban yang wajib.

Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat pertama, berdasarkan larangan yang disebutkan dalam hadits di atas dan pendapat ini lebih hati-hati. Pendapat ketiga adalah pendapat yang sangat lemah karena bertentangan dengan hadits larangan.

Sedangkan pendapat yang memakruhkan dinilai kurang tepat karena sebenarnya hadits ‘Aisyah hanya memaksudkan bahwa Nabi allallāhu ‘Alaihi Wa Sallam melakukan perkara yang sifatnya keseharian, yaitu memakai pakaian berjahit dan memakai harum-haruman, yang seperti ini tidak dibolehkan untuk orang yang ihrom. Namun untuk memotong rambut adalah sesautu yang jarang dilakukan dan bukan kebiasaan keseharian sehingga beliau masih tetap tidak memotong rambutnya ketika hendak berqurban.

Getting Info...

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.